Hore, Bapak Tindakan…

wowot hk
2 min readJul 19, 2021

--

19 tahun yang lalu, aku dan kakakku dimasukkan ke TPA. TPA yang meski berada di samping masjid, tapi diselenggarakn justru di salah satu ruang di rumah beliau. Beliau adalah orang sibuk, sehari-hari menjadi kepala sekolah dan selepas magrib akan menjadi guru kami semua.

Di tempat ini ada suatu adat khas, dimana kita harus menyapu dulu agar dapat di-wulang. Tidak ada kejelasan tertulis atas aturan ini, beliau bahkan tidak memberi tahu soal ini. Faktanya memang aturan ini ada hanya dari informasi para senior.

Karena saking takutnya kami bahkan tetap menyapu meskipun pada dasarnya halaman rumah beliau telah bersih. Terkadang kami memetik dedaunan demi memenuhi syarat untuk dapat di-wulang.

Adat lain adalah kami tidak boleh melewati tempat duduk beliau waktu mulang kami. Adat ini juga tidak pernah menjadi aturan tertulis. Kami hanya cukup mengingatnya karena tiap kali kita lupa, akan selalu ada yang berteriak: “Ra sopan…”

Aku dan kakak tiap hari berboncengan bersama ke tempat beliau. Berangkat masih sekiranya jam 4, kami akan nyapu lalu main bersama murid-murid lainnya. Main bola, petak umpet, ndog-ndogan ataupun permainan lainnya.

Ketika magrib berkumandang, kami lantas bersih-bersih, dan sholat berjamaah. Adat lain adalah kami para muridnya tidak boleh sholat di sof terdepan. Kami harus bikin sof sendiri di serambi masjid. Beliau, boleh dibilang adalah guru TPA yang aneh. Beliau seperti tidak pernah hendak menjadi imam atau berusaha berada di sof terdepan. Beliau akan tiba setelah rokaat pertama. Dengan menenteng sejadahnya ia tidak segan untuk menyeblak kami dengan sajadahnya jikalau ada di antara kami yang tidak serius waktu sholat. Ya, beliau adalah karakter orang yang memberi pelajaran dengan aksi ketimbang hanya dengan sebuah teori.

Selepasnya akan mulai mengaji. Melingkari meja panjang, menderas bersama lalu mengantri diwulang. Urutannya mudah ditebak bahwa makin kecil usia maka makin dahulu ia akan diwulang. Orang terakhir pasti adalah Mbah Atemo, kakek berusia lebih dari 60 yang masih berusaha mengaji bersama kami. Ia adalah satu-satunya murid yang tidak pernah menyapu dan sholat di saf yang sama dengan kami.

Ada dua hal yang pada dasarnya selalu kami tunggu-tunggu, yang pertama adalah ketika mengaji malam jumat, dimana beliau akan bercerita banyak hal baik tentang nabi atau juga cerita-cerita lainnya. Yang kuingat adalah dulu ketika simbah saya meninggal, aku dan kakak belum jua dijemput ketika beliau justru bercerita tentang hal-hal ghaib yang membuat kami sedikit takut.

Hal kedua adalah ketika beliau tindakan. Beliau sedang ada keperluan di luar rumah yang memaksanya tidak dapat berjumpa dengan kami. Ketika beliau tindakan kami akan libur mengaji. Kami akan bersukaria karena kami bisa main sepuasnya sampai magrib tanpa ada keperluan lain selepas shalat.

Kini beliau telah pergi tindakan untuk selamananya. Kami cukup kaget mendengarnya. Kami belum cukup berbakti, tapi beliau telah pergi. Lebih bersedih karena kami tidak dapat menghantarkan beliau ke pemakaman lantaran kondisinya. Kami berdoa semoga selalu yang terbaik untuk beliau.

Kami bersaksi sepanjang usianya beliau adalah orang baik, humoris dan penuh kasih sayang. Selamat jalan, Pak Harowi. Sampai jumpa dipertemuan berikutnya.

--

--