Nenek Moyangku Seorang Petani

wowot hk
2 min readApr 17, 2021

--

Photo by Tim Mossholder on Unsplash

Konon moyangku adalah orang yang amat dermawan. Guna menunjang pengerasan jalan ia memberi sejumlah batu gamping untuk jadi landasan jalan baru sepanjang 300 m. Ia tak meminta hak tanah pembelian eyang yang selepas beliau meninggal para penjualnya mengambilnya kembali. Ia tak meminta hak atas ternak, yang oleh penggaduh justru dijadikan hak milik selepas eyang meninggal.

Konon moyangku adalah orang yang baik. Saking baiknya ia dipercaya sebagai keamanan di suatu rumah sakit, ketua sebuah grup jathilan atau juga tukang ketik di kecamatan. Sesekali ia dapat pula mengobati meskipun tidak semua pasiennya dapat terpuaskan.

Semua hanya konon. Apakah benar atau salah kiranya hanya tiap-tiap moyangku itu yang pantas menjawabnya. Benar atau salah, bagaimanapun juga itu relatif.

Sebagaimana manusia lainnya, moyangku juga tidak melulu dapat disebut orang baik. Moyangku penyuka adu jago, sesekali nyirep tetangga yang amat pelit terhadap anak-anaknya, sesekali pula kedapatan minum anggur beserta pil bodrex satu emplek.

Semua ada waktu begitu juga konteks zaman yang menyertainya. Satu hal yang dapat kuambil adalah bahwa moyangku itu manusia. Masyarakat biasa, orang desa, dan lekat dengan pertanian.

Bagaimanapun moyangku adalah seorang petani. Satu cerita moyangku dapat mencangkul sawah yang cukup luas hanya dalam semalam. Suatu waktu anak-anaknya harus bantu di sawah sebelum berangkat sekolah. Suatu waktu hasil panen padi dijual untuk biaya sekolah. Suatu waktu hasil panen tak mampu buat membiayai putra-putrinya sekolah selepas tamat SMA. Suatu waktu pula hasil panen tak mampu untuk mendaftarkan putranya sebagai pegawai.

Meskipun pernah menjadi tentara zaman pendudukan Jepang, itu pun tak membuatnya lepas dari dunia pertanian. Salah seorang kawan bahkan mendapat status veteran karena mengurus administrasi sementara eyang sama sekali tidak. Bukan karena tidak diakui, sebab memang eyang malas dengan urusan administrasi.

Manusia terlahir dengan akal dan pikiran. Cerita demi cerita yang kudapat menarik sebuah pertanyaan kenapa moyangku dulu memilih jalan atau tindakan semacam itu?

Barangkali kalau memang moyangku adalah seorang yang suka bercerita kukira upaya mengulas nasab ini cenderung lebih mudah. Sayangnya memang tidak demikian, eyangku bahkan tak pernah mewariskan cerita apapun ke kami para cucunya. Entah apa maksudnya, aku hanya berpikir moyangku memang hendak menginformasikan bahwa tiap-tiap anaknya memiliki kebebasan berpikir.

--

--